Tujuan Survey Pendahuluan
Kompleksitas operasi pada suatu
perusahaan mungkin akan membuat auditor menemui kesulitan pada saat akan
melakukan pemeriksaan. Survei pendahuluan dapat menjadi senjata terbaik bagi
auditor untuk memperoleh pemahaman, informasi dan persektif yang dibutuhkan
untuk mendukung kesuksesan audit. Audit bisa juga merupakan bagian dari
penugasan rituin yang memiliki standar dan proses tertentu atau bisa juga
merupakan respons atas masalah yang berkembang yang membutuhkan pengetahuan
akan hal baru atau tehnik pemeriksaan yang berbeda. Beberapa praktisi audit
internal telah mengembangkan pendekatan ”tepat pada waktunya” untuk penjadwalan
audit untuk memastikan bahwa jasa audit siap tersedia sesuai waktu yang
dijadwalkan. Survei pendahuluan dapat membantu auditor menentukan jenis audit
paling efektif terutama dengan adanya paradigma
baru bahwa auditor harus dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan
dan bahwa perusahaan adalah pelanggan/klien dari auditor.
Tahap-tahap Pelaksanaan Survey
Tahap-tahap pelaksanaan survey terdiri dari 7 langkah
dasar :
1.
melakukan studi awal
2.
mendokumentasikan
3.
bertemu klien
4.
mendapatkan informasi
5.
mengamati
6.
membuat bagan alir/flow chart
7.
melaporkan
1. melakukan studi awal
Studi awal
mencakup :
Penelaahan :
kertas kerja tahun sebelumnya
Temuan-temuan
audit
Bagan
organisasi
Dokumen-dokumen
lain yang dapat membantu pemahaman
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
apabila audit yang dilakukan adalah audit berulang (repeat audit) adalah mempelajari permanent file yang berisi laporan
audit terdahulu, informasi lainnya yang relevan dengan penugasan berikutnya.
Auditor perlu menelaah literature-literatur yang terkait
agar pengetahuan audit dapat
selalu ter-update dengan memakai
referensi dari situs dari IIA yaitu www.theiia.org atau jurnal Internal Auditor yaitu
jurnal profesi yang diterbitkan IIA.
Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam melakukan studi awal:
1.
Pendokumentasian
Dokumentasi berupa kuestioner penting untuk
bahan wawancara/diskusi
2. Daftar
pengingat
Catatan yang berisi langkah-langkah yang
harus dilakukan auditor mulai
perencanaan, pekerjaan lapangan sampai
penyelesaian agar auditor tidak
bingung pada saat akan memeriksa.
3. Daftar isi
Berisi daftar masalah yang harus ditangani
auditor seiring dengan kemajuan
penugasan dan membuat acuan kertas kerja.
4. Pengurangan
biaya
Manajemen
mengharapkan hasil pemeriksaan dari audit internal menghasilkan saran-saran yang menghasilkan pengurangan
biaya maupun peningkatan operasi. Pengurangan biaya secara langsung akan
mempengaruhi laba perusahaan.
5. Catatan
kesan
Catatan yang berisi pengamatan dan kesan
auditor selama audit misal moral
karyawan, kebiasaan kerja, organisasi dan
penugasan staf, supervisi, hubungan
dengan organisasi lain, daerah kerja.
6. Kuesioner
Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan
yang akan digunakan untuk memenuhi
tujuan audit, bertemu manajer klien pada
pertemuan awal.
2. Bertemu Klien
Dalam tahapan ini internal auditor
mendapatkan peluang untuk menjelaskan kepada klien tujuan dan pendekatan audit
yang akan dilakukan, peran audit internal dalam organisasi.
Internal auditor dalam melakukan
wawancara harus memiliki keahlian yang cukup agar orang yang diwawancara
memiliki rasa nyaman, mau memberikan informasi, mau bekerjasama sehingga
penugasan keseluruhan audit bisa berhasil. Sebaliknya, tehnik tanya jawab yang
tidak baik menciptakan sikap permusuhan, menyebabkan orang menahan
informasi/memberi informasi yang salah dan kemungkinan menyebabkan kegagalan
audit.
3. Mengumpulkan bahan
bukti :
Survei pendahuluan akan berlangsung
lancar dan sistematis jika auditor internal memiliki pandangan yang jelas
mengenai apa yang ingin dicapai. Dalam kebanyakan audit, informasi penting
dapat diklasifikasikan kedalam empat fungsi dasar manajemen: perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan control.
4.
Pengamatan (observing)
Pengamatan dalam arti umum terus
dilakukan selama survey pendahuluan. Melalui pengamatan dan tanya jawab yang
yang efektif, auditor internal mampu untuk :
·
Menentukan
tujuan, sasaran dan standar
·
Menilai
control untuk mencapai tujuan
·
Mengevaluasi
resiko
·
Menentukan
control untuk meminimalkan resiko
·
Menentukan
penentuan resiko secara statistik
·
Menilai
gaya manajemen dan aspek perilaku manusia
Tujuan, sasaran dan standar
Selama survey pendahuluan, auditor
internal harus menentukan aktivitas yang diaudit-bukan tujuan audit yang akan
ditetapkan selanjutnya melainkan tujuan aktivitas itu sendiri. Jika
tujuan-tujuan itu tidak dipahami dengan baik, maka audit bisa kehilangan
manfaatnya, Mendapatkan gambaran tujuan aktivitas yang tepat dan kesesuaian
misinya dengan sasaran strategis perusahaan (disebut audit berorientasi
manajemen yang efektif / effective management oriented audit) merupakan
cerminan profesionalisme auditor internal.
Kontrol-kontrol untuk mencapai tujuan
Kontrol
digunakan untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang diinginkan akan dicapai. Cara
paling produktif untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi control adalah dengan
mengenali masalah dan kemudian mencari control yang bisa mengidentifikasi atau
mencegah masalah tersebut atau mencari control yang seharusnya bisa mengurangi
resiko.
Mengevaluasi resiko
Titik awal perencanaan audit haruslah
resiko-resiko organisasional atau ancaman bagi pencapaian tujuan usaha.
Kecermatan professional mencakup pertimbangan atas ketidakwjaran dan
ketidakpatuhan yang material. Kapanpun auditor internal melakukan audit mereka
harus menyadari resiko, jebakan-jebakan potensial-ibarat batu-batu yang
dibawahnya terdapat kalajengking berbisa yang siap menerkam. Yang dibutuhkan
adalah kompetensi professional. Orang awam mungkin merasa tidak ada masalah
bila pemesanan dan penerimaan persediaan dilakukan oleh orang yang sama, tetapi
auditor internal yang professional harus segera menyadari adanya resiko bawaan
dibaliknya.
Mengidentifikasi semua resiko yang ada
akan sulit khususnya karena resiko sering muncul seiring dengan perubahan
praktik bisnis. Namun banyak resiko-resiko umum yang telah didefinisikan dalam
buku standar akuntansi, auditing dan manajemen.
Menentukan control untuk meminimalkan
resiko
Ketika auditor telah mengenali resiko
mereka harus mencari control yang dirancang untuk menghadapinya. Kontrol yang
tidak memadai atau tidak efektif harus didiskusikan dengan manajer. Jika
manajer tidak bisa diyakinkan untuk melakukan perbaikan maka auditor harus
membuat program pengujian purposive-bukan pengujian berdasarkan sampel untuk
mendukung bukti dan signifikansi risiko.
Survei pendahuluan memberi perusahaan
fondasi untuk penyiapan program audit yang berkonsentrasi pada masalah-masalah
penting bagi manajemen. Apakah resiko kunci telah diidentifikasi? Apakah sudah
diawasi? Apakah control yang tidak memadai telah disadari dan diperbaiki?
Apakah kelemahan yang harus diaudit lebih dalam.
Menentukan penentuan resiko secara
statistic
Auditor internal tidak dapat menuntut
diterapkannya control yang bianyanya melebihi resiko yang harus dihadapi.
Konsep ini disebut “keyakinan yang wajar” oleh AICPA (American Institute of
Certified Public accountants). Suatu control yang memakan biaya $1.000.000
setahun seharusnya tidak direkomendasikan untuk mencegah kecurangan yang tidak
melebihi $10.000 setahun.
Menilai gaya manajemen dan perilaku
manusia
Internal auditor dapat melakukan
penilaian perilaku manajer selama wawancara. Tidak ada control yang lebih baik
daripada manajemen yang memiliki pengetahuan, gampang ditemui, berpandangan
luas sehingga manajer itu sendiri dapat dianggap berperilaku seperti auditor
internal. Jika manajemen efektif, auditor internal dapat mengurangi cakupan
audit.
Menilai aspek manusia
Pegawai merupakan urat nadi
perusahaan. Kontrol yang baik tidak dapat menjamin bahwa semua aktivitas akan
dilaksanakan dengan baik kecuali terdapat pegawai yang kompeten. Cara menilai
aspek manusia ini dengan menelaah catatan dan praktik-praktik pegawai. Penelaahan bisa jadi tidak memungkinkan
auditor membuat penentuan definitive, namun bisa memberikan sinyal bahaya dan
mempengaruhi program audit. Auditor bisa mengajukan beberapa pertanyaan berikut
:
-
Apakah
terdapat perputaran pegawai yang cepat
-
Apakah
organisais memiliki pegawai baru dan kurang berpengalaman
-
Apakah
setiap posisi kunci, termasuk posisi manajer, memiliki cadangan orang bila
terjadi ketidakmampuan atau berhenti kerja?
-
Apakah
terdapat tingkat lembur yang tidak biasa?
Hasil pengamatan ini dapat memiliki
dampak yang signifikan pada ukuran sample yang diperiksa auditor.
5.
Pengamatan Fisik
Hal-hal yang abstrak sulit dipahami
dan digambarkan. Auditor harus keluar sendiri dan melihat sendiri fasilitas, tata letak fisik,
proses, aliran bahan baku dan dokumen. Pengamatan pribadi menggambarkan apa
yang terjadi dan bagaimana terjadinya.
Pengamatan fisik selayaknay
berlangsung dalam dua tahap. Pada tahap pertama, auditor internal harus
berkeliling fasilitas perusahaan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
mengenai lokasi, kondisi dan tata letak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
gambaran yang tepat mengenai kebijakan, prosedur dan bagan organsasi. Pasa saat bertemu karyawan,auditor dapat
menanyakan :
-
Apakah
pekerjaan datang ke anda tepat waktu, dan apakah kualitasnya bagus?
-
Apakah
tindakan perbaikan sudah diambil untuk masalah-masalah.
-
Bagaimana
kondisi peralatan
-
Apakah
alur kerja dan dokumen dokumen cukup wajar dan efisien.
Pada operasi yang
kompleks, mungking auditor perlu melakukan tahap selanjutnya yang sering
disebut “penelusuran”.Selama penelusuran, auditor mungkin menelaah beberapa
aktivitas kerja dari awal sampai akhir, dan menyiapkan bagan alir. Penelusuran membantu auditor menilai ketaatan
dengan kebijakan dan prosedur serta menentukan apakah control memang berfungsi.
Langkah ini tidak akan mengungkapkan seberapa baik transaksi diproses, hal ini
membutuhkan pengujian substantive.
Menyiapkan Flowchart
Dengan menyampaikan Flow
chart suatu proses dapat dipotret dan dapat memberikan gambaran system dan
merupakan sarana untuk menganalisa operasi yang kompleks - analisa yang tidak
selalu bisa dicapai dengan narasi yang rinci. Pembuatan flow chart sudah
dipelajari pada kuliah Sistem Informasi Akuntansi.
Pelaporan
Survei yang dilakukan
dengan baik akan menghasilkan sejumlah informasi yang bermanfaat. Data yang
dikumpulkan dapat mengidentifikasi hal-hal penting dan masalah yang ada serta
membantu auditor memutuskan apakah pemeriksaan lanjutan diperlukan. Hasil
survey ini perlu dibuatkan laporan dengan fokus pada kecukupan control bukan
efektivitas kontrol dan menunjukkan dasar keputusan untuk terus melakukan
audit.
Selama penelaahan
hasil-hasil survey dengan manajemen, pelaporan temuan positif dan negative bisa
jadi kondusif bagi hubungan auditor-klien, Pendekatan ini mengkomunikasikan apa
yang dicari auditor internal, kerja sama yang sehat, objektif, tidak bias
terhadap penilaian operasi.
Membuat Anggaran Survey
Anggaran dibuat dengan
berpatokan pada perkiraan waktu yang dibutuhkan auditor. Tidak ada standar
untuk anggaran survey pendahuluan. Jika audit yang dilakukan merupakan audit
rutin maka perkiraan waktu dapat segera ditentukan. Jika terjadi perubahan signifikan
dalam tujuan, prosedur, system operasi, otomatisasi, organisasi, manajemen, dan
karyawan akan mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk mengenal dan
mengidentifikasi masalah. Semua faktor harus dipertimbahkan dalam membuat
anggran survey. Tetapi bahkan jika auditor merasa cukup memahami aktivitas,
mereka harus selalu waspada akan dua faktor yang dapat berubah yaitu orang dan
perilaku mereka, Tidak ada jaminan bahwa baik orang maupun tingkah laku mereka
akan sama dari tahun ke tahun.
Estimasi biaya yang wajar
adalah berkisar 10 hingga 20 persen dari total anggaran untuk proyek audit.
0 comments:
Post a Comment